HI FRIEND

Selasa, 23 Desember 2014

FEATURE (SANTI)

Mengais Rezeki Dibalik Pasir Panas
Oleh: Santi Purnama Sari

Dalam sebuah perjalanan hidup memang tak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan kisah hidup yang dijalani oleh Sa’adi seorang pria yang berusia 50 tahun. Sa’adi merupakan satu diantara sekian banyak sosok lelaki yang selalu berjuang tanpa lelah untuk terus menjadikan hidupnya lebih baik, sekalipun pekerjaannya hanya sebagai pembuat dan penjual kerupuk mlarat dan harus banting tulang untuk tetap dapat menafkahi keluarganya. Baginya apapun pekerjaanya yang terpenting adalah perbanyak bersyukur agar selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki dalam hidupnya. Terus berjuang, berusaha dan berdoa itulah kunci yang membuat Sa’adi terus semangat dalam menjalaninya.
Desa Palir Kecamatan Talun disitulah tempat tinggal Sa’adi dan keluarganya sekaligus tempat ia mencari rezeki. Setiap hari ia bekerja dengan penuh semangat untuk dapat mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Apalagi beban yang ia tanggung bukan hanya sekedar untuk menafkahi istri dan anaknya saja, melainkan ia harus menafkahi pula kedua orang tua dan mertuanya yang merupakan tanggung jawabnya. Namun hal itu bukanlah sebuah beban dalam menjalani hidup karena bagaimanapun ia ingin terus berbakti kepada orang tua dan mertuanya., sekalipun harus bercucuran keringat dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengais rezeki yang halal.
Sebelum ia membuka usahanya sebagai penjual kerupuk mlarat, Sa’adi sempat mengalami kisah hidup yang pahit dalam usahanya. Sebelumnya Sa’adi sempat menjadi  seorang pedagang buah-buhan di pasar Kanoman Cirebon. Namun, ketika ia menjadi seorang pedagang, ia mengalami kebangkrutan yang disebabkan karena banyak pembeli yang menghutang dan tak kunjung bayar yang pada akhirnya ia mengalami kerugian yang cukup besar. Meskipun demikian, ia tidak putus asa atas usaha yang ia lakukan karena ia percaya dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Meskipun ia harus mencari usaha lain dan memulainya dari nol.
Dari kegagalan yang dialaminya ia mencoba bangkit dengan seluruh kemampuan yang ia miliki. Awalnya ia mencoba mengumpulkan sisa-sisa uang hasil usahanya dulu, lalu Sa’adi membuka usaha dengan membuat dan menjual kerupuk mlarat dirumahnya. Usaha itu sudah dilakukannya sejak tahun 1995. Berkat usaha dan keuletannya akhirnya usahanya bertambah maju bahkan kini ia sudah memiliki beberapa karyawan. Setiap hari Sa’adi memulai pekerjaanya sekitar pukul tiga pagi, sekalipun tubuh masih dibalut dingin yang membeku namun itu bukanlah penghalang untuk menjemput rezeki. Sa’adi melakukan pekerjannya itu hingga pukul dua siang. ‘’kadang anak saya juga ikut membantu membuat kerupuk mlarat mulai dari pagi sampai siang’’ Ujar Sa’adi sambil tersenyum.
Dari usahanya tersebut pengahasilnnya tak menentu, terkadang Sa’adi mendapatkan penghasilan yang cukup besar sekitar dua ratus ribu rupiah dalam satu harinya itupun jika ada pesanan. Namun terkadang juga ia mendapatkan hasil yang pas-pasan yang hanya sekedar mecukupi kebutuhan kesehariannya dan hanya untuk membayar karyawannya. Diawal usahanya Sa’adi memang masih merasa kekurangan, namun semakin hari semakin berkembang usahanya akhirnya Sa’adi bisa mencukupi kehidupan keluarganya bahkan sa’adi tak lupa dengan saudara-saudaranya, ia juga kadang membagi rezekinya dengan sanak saudaranya.
Sa’adi sangat berharap, dengan usahanya ini ia dapat memberikan yang terbaik terhadap anak-anaknya. Sa’adi sempat merasa sedih karena hanya mampu membiayai pendidikan ketiga anaknya hanya sampai sekolah menegah atas karena faktor ekonomi saat itu tidak mendukung. Sekalipun Sa’adi sendiri hanya mampu mengenyam pendidikan sampai SD, namun ia sangat berharap anak bungsunya yang baru lulus tahun ajaran kemarin, dapat melanjutkan keperguruan tinggi di tahun yang akan datang.
Menjalani pekerjaan tersebut memang tak mudah, setiap hari ia harus bergelut dengan kobaran api saat membuat kerupuk mlarat. Dalam menjalani pekerjannya, Sa’adi tetap menanamkan sikap jujur dan bertunggung jawab atas pekerjaannya. Ia tetap ingin memberikan yang terbaik terhadap para pelanggannya. Hal ini dilakukannya mulai dari hal kecil seperti membersihkan pasir-pasir yang menggantikan minyak untuk menggoreng kerupuk mlarat. ‘‘sebelum pasirnya dipakai sebagai pengganti minyak, pasirnya dibersihkan dulu sampai airnya bening agar pasirnya bersih’’ Ujar Sa’adi

Dalam perjalanannya bersama pasir-pasir panas dan kobaran api yang mengiringinya, Sa’adi merasa bahagia karena usahanya kini semakin hari semakin berkembang bahkan semakin hari keharmonisan dan rasa persaudaraan bersama para karyawanpun cukup terjalin dengan baik. Namun duka pun menghampirinya ketika musim hujan tiba karena banyak kerupuk yang dijemur tak kunjung kering dan harus menunggu waktu lama untuk dapat menghasilkan krupuk mlarat yang bagus. Meskipun demikian, ia mencoba sabar dan tetap semangat yang penting niat, usaha dan berdoa agar dimudahkan dalam menjalaninya dan berapun penghasilnnya yang penting halal agar hasil yang didapat bisa berkah dan menyerahkan segala sesuatunya pada sang maha pemberi rezeki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar