Mengais Rezeki Dibalik
Pasir Panas
Oleh: Santi
Purnama Sari
Dalam
sebuah perjalanan hidup memang tak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Begitu
pula dengan kisah hidup yang dijalani oleh Sa’adi seorang pria yang berusia 50
tahun. Sa’adi merupakan satu diantara sekian banyak sosok lelaki yang selalu
berjuang tanpa lelah untuk terus menjadikan hidupnya lebih baik, sekalipun pekerjaannya
hanya sebagai pembuat dan penjual kerupuk mlarat dan harus banting tulang untuk
tetap dapat menafkahi keluarganya. Baginya apapun pekerjaanya yang terpenting
adalah perbanyak bersyukur agar selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki
dalam hidupnya. Terus berjuang, berusaha dan berdoa itulah kunci yang membuat
Sa’adi terus semangat dalam menjalaninya.
Desa
Palir Kecamatan Talun disitulah tempat tinggal Sa’adi dan keluarganya sekaligus
tempat ia mencari rezeki. Setiap hari
ia bekerja dengan penuh semangat untuk dapat mencukupi segala kebutuhan
hidupnya. Apalagi
beban yang ia tanggung bukan hanya sekedar untuk menafkahi istri dan anaknya saja,
melainkan ia harus menafkahi pula kedua orang tua dan mertuanya yang merupakan tanggung jawabnya. Namun hal itu bukanlah sebuah
beban dalam menjalani hidup karena bagaimanapun ia ingin terus berbakti kepada
orang tua dan mertuanya., sekalipun harus bercucuran
keringat dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengais rezeki yang halal.
Sebelum ia membuka usahanya sebagai penjual kerupuk mlarat,
Sa’adi sempat mengalami kisah hidup yang pahit dalam usahanya. Sebelumnya
Sa’adi sempat menjadi seorang pedagang
buah-buhan di pasar
Kanoman Cirebon. Namun, ketika ia menjadi seorang pedagang, ia mengalami kebangkrutan
yang disebabkan karena banyak pembeli yang menghutang dan tak kunjung bayar
yang pada akhirnya ia mengalami kerugian yang cukup besar. Meskipun demikian,
ia tidak putus asa atas usaha yang ia lakukan karena ia percaya dibalik cobaan pasti
akan ada hikmahnya. Meskipun ia harus
mencari usaha lain dan memulainya dari nol.
Dari kegagalan
yang dialaminya ia mencoba bangkit dengan seluruh kemampuan yang ia miliki.
Awalnya ia mencoba mengumpulkan sisa-sisa uang hasil usahanya dulu, lalu Sa’adi
membuka usaha dengan membuat dan menjual kerupuk mlarat dirumahnya. Usaha itu
sudah dilakukannya sejak tahun 1995. Berkat usaha dan keuletannya akhirnya
usahanya bertambah maju bahkan
kini ia sudah memiliki beberapa karyawan. Setiap hari Sa’adi memulai pekerjaanya sekitar pukul tiga pagi, sekalipun tubuh masih dibalut dingin yang membeku namun itu
bukanlah penghalang untuk menjemput rezeki.
Sa’adi melakukan pekerjannya itu hingga pukul dua siang. ‘’kadang anak saya
juga ikut membantu membuat kerupuk mlarat mulai dari pagi sampai siang’’ Ujar
Sa’adi sambil tersenyum.
Dari usahanya
tersebut pengahasilnnya tak menentu, terkadang Sa’adi mendapatkan penghasilan
yang cukup besar sekitar dua ratus ribu rupiah dalam satu harinya itupun jika
ada pesanan. Namun terkadang juga ia mendapatkan hasil yang pas-pasan yang hanya
sekedar mecukupi kebutuhan kesehariannya dan hanya untuk membayar karyawannya.
Diawal usahanya Sa’adi memang masih merasa kekurangan, namun semakin hari
semakin berkembang usahanya akhirnya Sa’adi bisa mencukupi kehidupan
keluarganya bahkan sa’adi tak lupa dengan saudara-saudaranya, ia juga kadang
membagi rezekinya dengan sanak saudaranya.
Sa’adi sangat
berharap, dengan usahanya ini ia dapat memberikan yang terbaik terhadap
anak-anaknya. Sa’adi sempat merasa sedih karena hanya mampu membiayai pendidikan
ketiga anaknya hanya sampai sekolah menegah atas karena faktor ekonomi saat itu
tidak mendukung. Sekalipun Sa’adi sendiri hanya mampu
mengenyam pendidikan sampai SD, namun
ia sangat berharap anak bungsunya yang baru lulus tahun ajaran kemarin, dapat
melanjutkan keperguruan tinggi di tahun yang akan datang.
Menjalani
pekerjaan tersebut memang tak mudah, setiap hari ia harus bergelut dengan kobaran api saat
membuat kerupuk mlarat. Dalam menjalani pekerjannya, Sa’adi tetap menanamkan sikap jujur dan bertunggung
jawab atas pekerjaannya. Ia tetap ingin memberikan yang terbaik terhadap para pelanggannya.
Hal ini dilakukannya mulai dari hal kecil seperti membersihkan pasir-pasir yang
menggantikan minyak untuk menggoreng kerupuk mlarat. ‘‘sebelum
pasirnya dipakai sebagai pengganti minyak, pasirnya dibersihkan dulu sampai
airnya bening agar pasirnya bersih’’ Ujar Sa’adi
Dalam
perjalanannya bersama pasir-pasir panas dan kobaran api yang mengiringinya,
Sa’adi merasa bahagia karena usahanya kini semakin
hari semakin berkembang bahkan
semakin hari keharmonisan dan rasa persaudaraan bersama para karyawanpun cukup
terjalin dengan baik. Namun duka pun
menghampirinya ketika musim hujan tiba karena banyak kerupuk yang dijemur tak
kunjung kering dan harus menunggu waktu lama untuk
dapat menghasilkan krupuk mlarat yang bagus.
Meskipun demikian, ia mencoba sabar dan tetap semangat yang penting niat, usaha
dan berdoa agar dimudahkan dalam menjalaninya dan berapun penghasilnnya yang
penting halal agar hasil yang didapat bisa berkah dan menyerahkan segala
sesuatunya pada sang maha pemberi rezeki.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar