KURANGNYA MINAT TARIAN
JARAN DIMASA KINI
Oleh
Afifah Fathuroh
Cirebon adalah suatu daerah yang berada di paling ujung pinggiran
pulau jawa barat, serta berada di sisi sebelah tetangga pulau jawa tengah,
lokasi Cirebon ini termasuk wilayah pantura yang ramai jika waktu mudik tiba
dengan di kenal akan wilayah lautnya. Karena keberadaan tersebt, bahasa yang
diguakan rata-rata masyarakat Cirebon bukan hanya bahasa sunda. Melaikan
penggunaan multi bahasa, bahasa sunda, bahasa jawa, dan bahasa Cirebon sendiri,
dan ada juga beragam macam tarian yaitu tarian jaran lumping. Jaran lumping
lumping dahulu disebut jaran juga jaran bari dari kata birahi atau kasmaran,
karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita mecintai Allah dan
Rasulnya.
Tarian jaran lumping sebagai alat dalam mengembangan ajaran agama
islam. Yang menciptakan jaran lumping adalah Ki Jaga Naya dan Ki Ishak dari
dana kecamatan weru. Waditra yang digunakan yaitu boning kecil, bonang gede,
panglima gendang, tutukan, gong, dan kecrek. Sarana lainnya damar jodog,
sesajen, petupaan, bara api atau aran dan jaran lumping lima buah yaitu jaran
sembrani, jaran widu sakti, jarang widujaya, dan jaran sekadiu. Busana penari
menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping kantil, dan melatih,
selendang, rompi, celana sontok, kestagen, atau bodong, dan kain batik. Dalam
setiap pagelarannya, tari jaran lumping ini menghadirkan 4 fragmentarian yaitu
2 kali tari buto lawas, tari senterewe, dan tari bego putrid.
Pada tari fragmen buto lawas, biasanya di tarikan oleh para
priasaja terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi
kuda anyaman bambudan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian ini penari
buto lawas mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Untuk memulihkan kesadaran
para penari dan penonton kerasukan, yang kehadirannya yang dapat di kenali
melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan
memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Tarian ini diwariskan oleh kaum jawa yang menetap di Cirebon dan di beberapa
daerah.
Kesenian hiburan rakyat yang sebenarnya murah dan merakyat ini
malah menjadi sesuatu yang langka,faktor penyebabnya bisa jadi karena tidak
adanya generasi muda untuk melestarikan tarian jaran ini dikarenakan makin berkurangnya minat remaja untuk mempelajari
tarian jaran lumping tersebut karena pada zaman sekarng ini remaja lebih
menyukai modern dance dibandingkan tarian tradisional yang merupakan
peninggalan dari nenek moyang kita dahulu yang seharusnya remaja itu
melestarikan tarian jaran lumping agar tarian tersebut tetap lestari.
Seharusnya dijaman era globalisasi saat ini para remaja maupun
anak-anak lebih mengatahui tentang kebudayaan sendiri khususnya jaran luping
yang ada di Cirebon.agar kebudayaan daerah sendiri tidak langka atau punah
semakin banyak yang minat tarian jaran semakin pula tarian ini akan meningkat
dimasa yang akan datang.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar