HI FRIEND

Selasa, 23 Desember 2014

ARTIKEL (AFIFAH)

KURANGNYA MINAT TARIAN JARAN DIMASA KINI
Oleh Afifah Fathuroh

Cirebon adalah suatu daerah yang berada di paling ujung pinggiran pulau jawa barat, serta berada di sisi sebelah tetangga pulau jawa tengah, lokasi Cirebon ini termasuk wilayah pantura yang ramai jika waktu mudik tiba dengan di kenal akan wilayah lautnya. Karena keberadaan tersebt, bahasa yang diguakan rata-rata masyarakat Cirebon bukan hanya bahasa sunda. Melaikan penggunaan multi bahasa, bahasa sunda, bahasa jawa, dan bahasa Cirebon sendiri, dan ada juga beragam macam tarian yaitu tarian jaran lumping. Jaran lumping lumping dahulu disebut jaran juga jaran bari dari kata birahi atau kasmaran, karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita mecintai Allah dan Rasulnya.
Tarian jaran lumping sebagai alat dalam mengembangan ajaran agama islam. Yang menciptakan jaran lumping adalah Ki Jaga Naya dan Ki Ishak dari dana kecamatan weru. Waditra yang digunakan yaitu boning kecil, bonang gede, panglima gendang, tutukan, gong, dan kecrek. Sarana lainnya damar jodog, sesajen, petupaan, bara api atau aran dan jaran lumping lima buah yaitu jaran sembrani, jaran widu sakti, jarang widujaya, dan jaran sekadiu. Busana penari menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping kantil, dan melatih, selendang, rompi, celana sontok, kestagen, atau bodong, dan kain batik. Dalam setiap pagelarannya, tari jaran lumping ini menghadirkan 4 fragmentarian yaitu 2 kali tari buto lawas, tari senterewe, dan tari bego putrid.
Pada tari fragmen buto lawas, biasanya di tarikan oleh para priasaja terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambudan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian ini penari buto lawas mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton kerasukan, yang kehadirannya yang dapat di kenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih. Tarian ini diwariskan oleh kaum jawa yang menetap di Cirebon dan di beberapa daerah.
Kesenian hiburan rakyat yang sebenarnya murah dan merakyat ini malah menjadi sesuatu yang langka,faktor penyebabnya bisa jadi karena tidak adanya generasi muda untuk melestarikan tarian jaran ini dikarenakan makin  berkurangnya minat remaja untuk mempelajari tarian jaran lumping tersebut karena pada zaman sekarng ini remaja lebih menyukai modern dance dibandingkan tarian tradisional yang merupakan peninggalan dari nenek moyang kita dahulu yang seharusnya remaja itu melestarikan tarian jaran lumping agar tarian tersebut tetap lestari.

Seharusnya dijaman era globalisasi saat ini para remaja maupun anak-anak lebih mengatahui tentang kebudayaan sendiri khususnya jaran luping yang ada di Cirebon.agar kebudayaan daerah sendiri tidak langka atau punah semakin banyak yang minat tarian jaran semakin pula tarian ini akan meningkat dimasa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar