Menengok Peninggalan Sejarah di Kota Cirebon
Cirebon adalah
salah satu kota yang
berada di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur
pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Saya sering
berkunjung ke kota Cirebon tetapi saya baru tahu bahwa ternyata di Cirebon ini
terdapat situs peninggalan sejarah yang tersembunyi yang jarang orang ketahui. Cirebon
yang berjuluk kota udang ini memang memiliki beberapa situs sejarah diantaranya
yaitu ada keraton kasepuhan, keraton
kacirebonan, keraton kanoman, gua sunyaragi, dan Masjid Merah Panjunan. Kali
ini saya ingin menulis tentang sejarah Masjid Merah Panjunan.
Pada tahun 1416 kurang
lebihnya abad 15 di negara india bagian tidur ada seorang pemuka agama yang
Syek Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan . Ia adalah seorang keturunan
Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid
Sunan Gunung Jati. Beliau ingin memperluas agama islam di tanah jawa dengan
kesepakatan bersama lalu berangkatlah dengan membawa 40 orang pengikut setelah
sampai di tanah jawa tepatnya di daratan cirebon beliau membutuhkan tempat
ibadah lalu menderikan masjid merah menurut cerita awal mulanya masjid merah
ini tidak boleh di dirikan karena seharusnya sebelum masjid merah ini didirikan
masjid kesepuhan terlebih dulu yang harus didirikan, masjid merah ini tidak
bongkar atau diruntuhkan tetapi di kenangkan didasar bumi setelah masjid ini di
bongkar syek abdurrahman dengan 40 orang pengikutnya itu bersama-sama membangun
masjid kesepuhan dan masjid cipta rasa setelah selesai masjid kesepuhan itu
selesai dibangun kemudian masjid merah panjunan ini di bangun kembali dan di
namakan Masjid Merah Panjunan.
Masjid Panjunan semula bernama mushala Al-Athya namun karena pagarnya
yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan
sebutan Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan tajug atau Mushola
sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari
berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut
menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu
Hindu – Budha. Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan
Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan
Arab, namun pengaruh budaya Arab terlihat sangat sedikit pada arsitektur
bangunan Masjid Merah Panjunan ini. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan
kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu.
Ruangan utama dan satu-satunya di Masjid Merah Panjunan, yang
langit-langitnya ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada
tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik
yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Cina dan Eropa,
beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian
dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio. Mungkin
hanya ada di Cirebon bahwa sebuah bangunan masjid seperti Masjid Merah Panjunan
ini pada bangunan mihrabnya, yaitu bagian yang menunjukkan arah kiblat, dihiasi
dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk Paduraksa
juga memperlihatkan pengaruh budaya lama. Menariknya, selain keramik Cina juga
terdapat keramik buatan Belanda yang menempel pada dinding Masjid Merah
Panjunan ini.
Salah satu keramik yang halus dan indah pada dinding bata Masjid Merah
Panjunan, bergambar burung merak yang tengah memamerkan bulu-bulu indahnya di
bagian tengah dan kiri-kanan piring, seekor singa melangkah anggun yang salah
satu kakinya menginjak ular, dua buah naga bersungut empat melingkar piring, serta
motif bunga di sana sini. Tidak ada tulisan kaligrafi Arab indah yang berbunyi
Allah dan Muhammad di tembok kiri dan kanan depan Masjid Merah Panjunan,
sebagaimana banyak dijumpai pada bangunan masjid lain. Di Masjid Merah
Panjunan, tulisan itu terdapat di bagian atas mihrab di dalam sebuah kotak
kecil berbentuk wajik. Yang menarik pada pilar Masjid Merah Panjunan adalah
bentuk pilar bulat dengan umpak yang juga berbentuk bulat hanya terdapat di
baris depan, yang tampaknya berfungsi sebagai Soko Guru, yang pada kebanyakan
bangunan tradisional lain diletakkan dalam posisi segi empat. Pilar kayu
lainnya berbentuk segi empat sebagaimana bentuk umpaknya.
Demikianlah situs peninggalan
sejarah islam yang terdapat di Kota Cirebon, Sebetulnya sangat disayangkan karena
sebagian orang tidak mengetahui tentang situs peninggalan bersejarah ini. Namun,
sebagai Generasi Muda, kita harus tetap melestarikan dan merawat peninggalan
warisan sejarah dari leluhur kita. Dari peninggalan-peninggalan situs sejarah
ini, membuktikan bahwa pada zaman dahulu para wali itu berusaha menyebarkan
agama islam itu keplosok-plosok kota yang ada di Indonesia salah satunya di
Kota Cirebon ini. Untuk itu kita semua harus tetap mengenang para wali yang
sudah berusaha menyebarkan agama islam dengan tetap menjaga, menghargai, serta
melestarikan warisan peninggalan sejarahnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar