HI FRIEND

Selasa, 23 Desember 2014

FEATURE (NURLAELA)

Menengok Peninggalan Sejarah di Kota Cirebon
Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Saya sering berkunjung ke kota Cirebon tetapi saya baru tahu bahwa ternyata di Cirebon ini terdapat situs peninggalan sejarah yang tersembunyi yang jarang orang ketahui. Cirebon yang berjuluk kota udang ini memang memiliki beberapa situs sejarah diantaranya yaitu ada keraton kasepuhan, keraton kacirebonan, keraton kanoman, gua sunyaragi, dan Masjid Merah Panjunan. Kali ini saya ingin menulis tentang sejarah Masjid Merah Panjunan.
Pada tahun 1416 kurang lebihnya abad 15 di negara india bagian tidur ada seorang pemuka agama yang Syek Syarif Abdurahman atau Pangeran Panjunan . Ia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Beliau ingin memperluas agama islam di tanah jawa dengan kesepakatan bersama lalu berangkatlah dengan membawa 40 orang pengikut setelah sampai di tanah jawa tepatnya di daratan cirebon beliau membutuhkan tempat ibadah lalu menderikan masjid merah menurut cerita awal mulanya masjid merah ini tidak boleh di dirikan karena seharusnya sebelum masjid merah ini didirikan masjid kesepuhan terlebih dulu yang harus didirikan, masjid merah ini tidak bongkar atau diruntuhkan tetapi di kenangkan didasar bumi setelah masjid ini di bongkar syek abdurrahman dengan 40 orang pengikutnya itu bersama-sama membangun masjid kesepuhan dan masjid cipta rasa setelah selesai masjid kesepuhan itu selesai dibangun kemudian masjid merah panjunan ini di bangun kembali dan di namakan Masjid Merah Panjunan.
Masjid Panjunan semula bernama mushala Al-Athya namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha. Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan Arab, namun pengaruh budaya Arab terlihat sangat sedikit pada arsitektur bangunan Masjid Merah Panjunan ini. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu.
Ruangan utama dan satu-satunya di Masjid Merah Panjunan, yang langit-langitnya ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Cina dan Eropa, beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio. Mungkin hanya ada di Cirebon bahwa sebuah bangunan masjid seperti Masjid Merah Panjunan ini pada bangunan mihrabnya, yaitu bagian yang menunjukkan arah kiblat, dihiasi dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk Paduraksa juga memperlihatkan pengaruh budaya lama. Menariknya, selain keramik Cina juga terdapat keramik buatan Belanda yang menempel pada dinding Masjid Merah Panjunan ini.
Salah satu keramik yang halus dan indah pada dinding bata Masjid Merah Panjunan, bergambar burung merak yang tengah memamerkan bulu-bulu indahnya di bagian tengah dan kiri-kanan piring, seekor singa melangkah anggun yang salah satu kakinya menginjak ular, dua buah naga bersungut empat melingkar piring, serta motif bunga di sana sini. Tidak ada tulisan kaligrafi Arab indah yang berbunyi Allah dan Muhammad di tembok kiri dan kanan depan Masjid Merah Panjunan, sebagaimana banyak dijumpai pada bangunan masjid lain. Di Masjid Merah Panjunan, tulisan itu terdapat di bagian atas mihrab di dalam sebuah kotak kecil berbentuk wajik. Yang menarik pada pilar Masjid Merah Panjunan adalah bentuk pilar bulat dengan umpak yang juga berbentuk bulat hanya terdapat di baris depan, yang tampaknya berfungsi sebagai Soko Guru, yang pada kebanyakan bangunan tradisional lain diletakkan dalam posisi segi empat. Pilar kayu lainnya berbentuk segi empat sebagaimana bentuk umpaknya.

Demikianlah situs peninggalan sejarah islam yang terdapat di Kota Cirebon, Sebetulnya sangat disayangkan karena sebagian orang tidak mengetahui tentang situs peninggalan bersejarah ini. Namun, sebagai Generasi Muda, kita harus tetap melestarikan dan merawat peninggalan warisan sejarah dari leluhur kita. Dari peninggalan-peninggalan situs sejarah ini, membuktikan bahwa pada zaman dahulu para wali itu berusaha menyebarkan agama islam itu keplosok-plosok kota yang ada di Indonesia salah satunya di Kota Cirebon ini. Untuk itu kita semua harus tetap mengenang para wali yang sudah berusaha menyebarkan agama islam dengan tetap menjaga, menghargai, serta melestarikan warisan peninggalan sejarahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar