HI FRIEND

Selasa, 23 Desember 2014

ARTIKEL (SANTI)

Tak Sadari Surutnya Bahasa Ibu
Oleh Santi Purnama Sari
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unswagati Cirebon
            Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku, agama termasuk dengan bahasa. Indonesia bukan hanya sekedar memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan sebagai alat penguhubung untuk berkomunikasi dengan orang lain, tetapi Indonesia juga memliki beraneka ragam bahasa yang merupakan ciri khas dari negara Indonesia yang unik, seperti bahasa Bali, bahasa Batak dan beberapa bahasa lainnya sebagai bahasa ibu termasuk bahasa yang berada didaerah Cirebon yaitu bahasa Cirebon dan bahasa Sunda.
            Hipotesis Brooks (Chaer, 2009:32) mengemukakan bahwa kelahiran bahasa bersamaan dengan kelahiran kebudayaan, maka melalui kebudayaan ini segala hasil ciptaan kognisi seseorang dapat pula dimiliki oleh orang lain, dan dapat pula diturunkan kepada generasi berikutnya. Dilihat dari hipotesis Brooks kita perlu menyadari bahwa teori tersebut benar adanya. Bahasa merupakan suatu kebudayaan yang akan diturunkan kepada generasi berikutnya, termasuk kebudayaan bahasa di daerah Cirebon yang memiliki dua bahasa ibu yaitu bahasa Cirebon dan bahasa Sunda. Namun sangat memprihatinkan ketika bahasa ibu tersebut sudah surut pemakaianya. Hal tersebut terjadi seiring munculnya bahasa-bahasa slang seperti kata-kata lebay, jijay, keles, dan beberapa bahasa slang lainnya. Selain itu pada kenyataannya bahwa berbicara menggunakan bahasa gaul seolah-olah merupakan suatu keharusan agar dapat dikatakan gaul. Seiring berjalannya waktu, di era globalisasi ini banyak diantara masyarakat yang lebih senang dan merasa hebat menggunakan bahasa slang dan kosakata asing yang diserap sekadarnya padahal dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia sudah ada aturan ataupun kosakata yang memang sudah cocok dengan gagasan yang diucapkan. Dalam hal tersebut mereka tak menyadari bahwa sesungguhnya jika hal tersebut terus dibiarkan maka lambat laun bahasa ibu akan surut bahkan bahasa slang dan bahasa asing yang muncul akan mengeserkan kedudukan bahasa daerah dan terjadilah pencampuran bahasa serta dapat pula menyebabkan kepunahan terhadap bahasa ibu.


Secara tidak disadari bahwa sekarang bahasa daerah sedikit demi sedikit sudah mulai surut terbukti dengan banyaknya bahasa slang dan kata-kata asing yang sering digunakan oleh masyarakat masa kini. Bahkan bahasa halus cirebon yang disebut dengan bebasan sudah jarang bahkan hampir tak terdengar, termasuk aksara sunda dan aksara cirebon pun sudah mulai ikut surut. Padahal didalam menggunakan bahasa bukan hanya mempelajari kosakata yang diucapakan melainkan makna dan bentuk suatu penghargaan pula terhadap para nenek moyang yang sudah menciptakan beratus-ratus atau bahkan berjuta-juta kosakata.
Membahas bahasa yang merupakan suatu kebudayaan tentu menyangkut pula dengan jati diri sebuah bangsa karena sebuah bangsa akan maju ketika di kalangan masyarakat Indonesia benar-benar mempunyai jati diri. Jati diri sendiri berakar dari daerah, salah satunya yaitu dengan menghormati kebudayaan termasuk menghormati bahasa ibu yang sudah ditanamkan sejak kecil dan dipakai sebagai bahasa pertama dan penanaman ini harus benar-benar ditanamkan pada generasi muda dan  membuat mereka lebih mencintai budaya dan lebih mencintai bahasa sendiri karena hal tersebut lebih terhormat dan dapat pula menciptakan suatu kebanggan tersendiri. Kita memang harus mempunyai jati diri dan lebih mencintai bahasa sendiri tentu bukan hanya sekedar bahasa daerah saja melainkan pula bahasa Indonesia. Namun, bukan berarti bangga lalu melupakan globalisasi, tetapi tetap harus mempunyai jati diri, ciri khas bahasa Cirebon dan bahasa Sunda serta kedaerahan lainnya harus tetap ada. Tidak ada suatu kesalahan ataupun tidak ada larangan untuk belajar bahasa asing. Belajar bahasa selain bahasa daerah dan bahasa Indonesia merupakan hal yang diperbolehkan dan tidak ada sangsi apapun bagi yang melakukannya karena disisi lain dengan belajar bahasa asing dapat memberikan pengetahuan, kemampuan serta mempermudah dalam kehidupan di era globalisasi. Namun hal yang salah adalah ketika mempelajari bahasa asing lalu melupakan bahasa ibu.
Jika dilihat dari sudut pandang pendidikan maka dalam pembelajaran bahasa daerah di sekolah minat siswa untuk mempelajari bahasa daerah sudah mulai kurang untuk diminati. Maka dari itu guru bahasa daerah perlu mencari cara pembelajaran yang menarik agar siswa senang dan pada akhirnya tertarik untuk mempelajari serta melestarikan bahasa daerah agar tetap dipakai oleh penuturnya. Dalam pembelajaran di sekolah guru bahasa daerah dapat menerapkan cara belajar seperti dengan mengajarkan lagu-lagu khas daerah Cirebon, diskusi tentang kebudayaan Cirebon, mengapresiasikan budaya-budaya Cirebon dan menerapkan penggunaan bahasa Cirebon atau  bahasa Sunda ketika mata pelajaran bahasa daerah berlangsung agar siswa dapat lebih menghargai dan melestarikan bahasa ibu sebagai bahasa pertama. Selain dikalangan pelajar, masyarakatpun perlu menanamkan rasa cinta dan melestarikan kebudayaan salah satunya yaitu dapat dilakukan dengan mengadakan lomba dikalangan masyarakat seperti lomba untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia, lomba ulang tahun desa dan lain sebagainya. Jika bukan kita sebagai masyarakat Cirebon siapa lagi yang mau melestarikan. Maka dari itu, kesadaran, rasa hormat dan kebanggaan terhadap bahasa ibu perlu ditanamkan baik dikalangan pelajar maupun masyarakat agar tidak punahnya bahasa ibu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar